Jumat, 13 November 2009

ANCAMAN FRAGMENTASI HABITAT BAGI KELANGSUNGAN HIDUP SATWA DAN TUMBUHAN LIAR

oleh : Sugeng Jinarto


Lahirnya era reformasi di Indonesia yang telah disalah artikan oleh berbagai kalangan ternyata membawa dampak berupa ancaman serius terhadap kawasan konservasi di berbagai tempat.         

Ancaman tersebut diantaranya berupa penebangan hutan secara membabi buta, perambahan kawasan konservasi di berbagai tempat, pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan lain kegiatan yang berdampak langsung pada habitat satwa liar yang umumnya terdapat di Kawasan konservasi.

Berbagai kegiatan tersebut umumnya meninggalkan bekas berupa kawasan hutan yang telah terbuka sehingga menimbulkan dampak berupa fragmentasi habitat dari satwa liar. Kondisi ini terjadi pada beberapa kawasan konservasi di Indonesia, salah satunya adalah kawasan Taman Nasional Kutai yang dibelah oleh jalan trans Kalimantan yang menghubungkan antara Kota Bontang dan Kota Sangatta.

Menurut Wilcove dkk. (1986) Fragmentasi habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan berkelanjutan diperkecil atau dibagi menjadi dua atau lebih fragmen.

Primack dkk. (1998) menyatakan, bahwa habitat yang telah terfragmentasi oleh adanya pembuatan jalan, lahan pertanian, perkotaan atau kegiatan manusia yang lain menyebabkan terjadinya dua hal penting yaitu:

1. Fragmen memiliki daerah tepi yang lebih luas daripada habitat asal

2. Daerah pusat (tengah) lebih dekat ke daerah tepi

Suatu jenis tertentu akan memiliki ruang gerak yang lebih sempit untuk melakukan aktivitas hidupnya akibat daerah pusat dari suatu habitat tersebut lebih dekat dengan daerah tepi sehingga predator ataupun makhluk hidup pengganggu lebih mudah berinvasi ke dalam.

Munculnya fragmentasi habitat bermula dari adanya pembangunan jalan yang membelah kawasan hutan. Selain menjadi akses bagi para perusak hutan, jalan juga menyebabkan kawasan hutan menjadi terbelah. Kondisi ini juga bisa menyebabkan adanya efek tepi yaitu efek buruk yang ditimbulkan oleh keberadaan daerah tepi. Efek tepi bisa menyebabkan turunnya kelembapan udara, mengeringkan serasah akibat udara panas yang berhembus dari lahan terbuka di tepi hutan dan masuk ke dalam kawasan  hutan sehingga  membuat stres pada beberapa tumbuhan. Selain itu daerah tepi biasanya digunakan oleh para satwa predator untuk menunggu buruanya sehingga seringkali dimanfaatkan oleh para pemburu liar untuk mendapatkan tangkapan satwa.

Efek tepi bisa membuat kondisi habitat tidak lagi nyaman ditinggali oleh satwa dan tumbuhan. Beberapa makanan satwa seringkali tidak bisa dijumpai pada daerah tersebut karena terkena dampak pemanasan dari daerah tepi sehingga menyebabkan tumbuhan pakan satwa tersebut menjadi mati. Demikian pula tumbuhan lain yang berada di tempat tersebut yang sensitif terhadap panas dan kelembapan udara yang turun drastis akan mengakibatkan tumbuhan tersebut tidak bisa hidup secara normal. Habitat dengan kondisi tersebut dinamakan sebagai habitat tepi.

Apabila diukur, lebar jalan yang dibuat biasanya hanya mencapai 10 atau 12 meter, akan tetapi dampaknya bisa lebih besar dan bahkan bisa mencapai kiloan meter. Sehingga habitat yang tadinya luas untuk hidup nyaman bagi para satwa dan tumbuhan liar akhirnya menjadi menyempit, belum lagi ditambah dengan adanya kegiatan para perusak hutan yang bisa masuk dengan menggunakan akses jalan tersebut.

Fragmentasi habitat juga mengakibatkan adanya komunikasi antar satwa liar menjadi terputus sehingga menimbulkan terjadinya perkawinan dengan sejawatnya (inbreeding) yang akan menghasilkan keturunan yang lemah daya tahan tubuhnya sehingga mudah terserang penyakit dan akhirnya lebih banyak yang mati, sehingga regenerasi menjadi rendah. Apabila satwa tersebut banyak yang mati, maka kecenderungannya adalah menjadi punah dan sulit untuk menjumpainya lagi.

Untuk menyiasati agar terjadi hubungan komunikasi antar satwa liar dari tempat lain biasanya dibuat koridor yang menghubungkan antara kawasan hutan yang satu dengan yang lainnya. Namun jalan dengan kepadatan laulintas tinggi dan pemukiman yang padat akan sulit di lewati oleh satwa untuk menyeberang.

Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap akibat adanya fragmentasi habitat disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan yang tidak hanya terdapat pada masyarakat kelas bawah namun juga pada masyarakat kelas menengah ke atas yang umumnya lebih silau dengan uang segar (fresh money) yang dihasilkan dengan mengeksploitir hutan secara membabi buta yaitu dengan cara mengambil kayunya, menguras isi perut hutan berupa batu bara, emas, dan lain sebagainya dan tidak bisa memulihkan kembali kondisi hutan seperti sedia kala bahkan telah dirubah fungsi sebagai kawasan non kehutanan.

Kondisi ini perlu diatasi dengan berbagai upaya diantaranya penyuluhan, penerbitan buku yang berisi penelitian tentang dampak fragmentasi habitat, deseminasi, seminar, simposium, lokakarya atau tulisan – tulisan yang bisa mengubah pola pandang dan pola pikir terhadap berbagai kawasan konservasi yang ada. Kegiatan tersebut diharapkan mampu meredam laju pengrusakan terhadap kawasan konservasi sehingga bahaya kepunahan terhadap satwa liar akan bisa tereliminir.

Upaya penyadaran memang tidaklah mudah karena berbagai kendala akan muncul, namun yang diharapkan adalah niat yang tulus dan iklas serta didukung semangat yang tinggi dan tak kenal lelah sehingga hasil yang diharapkan akan memuaskan semua pihak.

 

Bahan Bacaan:

Wilcove, D.S., C. H. McLellan & A.P. Dobson. 1986. Habitat Fragmentation in the temperate zone, M. E. Soule (ed). Conservation Biologi: The science of scarcity and diversity, Sinauer Associates, Sunderland, MA

Primack, R.B. ; J. Supriatna; M. Indrawan dan P. Kramadibrata 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

 

 

5 komentar:

  1. terima kasih tulisannya mas..
    bmanfaat utk penelitian skripsi saya ttg efek fragmentasi habitat..
    boleh dicopy ya mas.. makasih..

    BalasHapus
  2. oke silahkan dicopy....sory baru bales banyak kesibukan

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum
    Mas boleh tanya, kalo efek fragmentasi khusus untuk burung ada gak mas.
    Untuk referensi pengerjaan skripsi mas.
    Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya hanya punya yang umum aja mas......maaf baru balas, jarang lihat blog sendiri...hehe...

      Hapus
  4. Assalamu'alaikum
    Mas boleh tanya, kalo efek fragmentasi khusus untuk burung ada gak mas.
    Untuk referensi pengerjaan skripsi mas.
    Terimakasih.

    BalasHapus